Anxietas/ kecemasan
(anxiety) adalah suatu keadaan aprehensif atau keadaan khawatir yang
mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi , banyak hal yang
harus dicemaskan misalanya : keshatan kita, relasi sosial, ujian karier, dan
kondi si lingkungan. Tapi itu semua tergolong normal, kecemasan bermanfaat bila
hal tersebut mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau
memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon tepat
terhadap ancaman, tapi kecemasan bisa mnjadi abnormal jika tingkat kecemasan
jauh lebih tinggi dari proporsi ancaman atau datang tanpa ada penyebabnya.
Beberapa tipe
gangguan kecemasan :
· Gangguan Panik
Gangguan panik
mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga. Serangan
panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simtom
fisik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal, atau
kesulitan bernafas; berkeringat banyak; dan rasa lemas serta pusing tujuh
keliling (Glass, 2000)
Serangan panik
disertai dengan perasaan teror yang luar biasa dan perasaan adanya bahaya yang
menyerang dengan dorongan untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Orang
yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada
degup jantung mereka.
Ciri-ciri Diagnostik dari serangan panik
1.
Palpitasi jantung,
jantung berdegup-degup, tachycardia (denyut jantunل cepat)
2.
Berkeringat
3.
Bergetar atau
gemetar
4.
Nafas pendek atau
sensasi seperti terselubung sesuatu
5.
Sensasi seperti
tercekik
6.
Sakit atau perasaan
tak nyaman di dada
7.
Perasaan mual atau
tanda-tanda distress abdominal lainnya
8.
Perasaan pusing,
ketidakseimbangan, kepala enteng, atau seperti mau pingsan
9.
Perasaan aneh atau
tidak riil tentang lingkungannya (derealisasi) atau perasaan asing tentang
dirinya sendiri (depersonalisasi)
10.
Perasaan takut
kehilangan kendali atau akan menjadi gila
11.
Takut akan mati
12.
Mati rasa atau
sensasi kesemutan
13.
Merasa kedinginan
atau kepanasan
· Gangguan Kecemasan menyeluruh
Gangguan kecemasan
menyeluruh (Genelized anxiety disorder / GAD) ditandai oleh perasaan
cemas yang persisten yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi, atau
aktivitas yang spesifik, tetapi lebih merupakan apa yang disebut oleh freud sebagai
“ mengambang bebas “ (“ free floating “). Ciri utama dari GAD adalah rasa cemas
(Ruscio, Berkovec, & Ruscio, 2001).
· Gangguan Fobia
Kata fobia berasal
dari kata yunani phobos, berarti “takut”. Konsep takut dan
cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons
terhadap suatu ancaman.
Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek
atau situasi dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya.
Fobia spesifik (specific phobias) adalah ketakutan yang
berlebihan dan persisten terhadap objek atau situasi spesifik, seperti :
ketakutan pada ketinggian (acrophobia), ketakutan terhadap tempat
tertutup (claustrophobia). Orang mengalami tingkat ketakutan dan reaksi
fisiologis yang meninggi bila bertemu dengan objek fobia, yang menimbulkan
dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi atau
menghindari stimulus yang ditakutkan.
Fobia sosial
tidaklah normal untuk mengalami sedikit ketakutan terhadap situasi sosial,
tetapi oarang-orang dengan dengan fobia sosial (social phobia) (
atau disebut juga gangguan kecemasan sosial) mempunyai ketakutan intern
terhadap situasi sosial sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya,
atau menghadapinya tetapi dengan distress yang sangat besar. Fobia sosial yang
mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain.
Demam panggung dan kecemasan berbicara adalah tipe fobia sosial yang umum.
Agorafobia Kata agorafobia berasal dari bahasa
yunani yang berarti “ takut kepada pasar” yang segestif untuk ketakutan berada
di tempat-tempat terbuka dan ramai. Agorafobia melibatkan ketakutan kepada
situasi dimana bantuan mungkin tidak bisa didapatkan bila problem tersebut
terjadi.
· Gangguan Obsesif- Kompulsif
Suatu obsesi (obsession)
adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berpulang yang sepertinya
berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat menjadi
sangat kuat dan persiste sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan
menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan. Tercakup di dalamnya
adalah keragu-raguan, impuls-impuls, dan citra (gambaran) mental.
Suatu kompulsi (compulsion)
adalah tingkah laku yang repetitif (seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci
pintu atau gembok) atau tindakan mental repetitif (seperti berdoa,
mengulang0ngulang kata-kata tertentu, atau menghitung) yang dirasakan oleh
seseorang sebagai suatu keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA,
2000)
Contoh-contoh
pikiran-pikiran Obsesif dan perilaku Kompulsif
Pola-pola
perilaku Kompulsif
|
|
o Berpikir bahwa tangannya tetap kotor walaupun
di cuci berkali-kali
o Kesulitan untuk menghilangkan fikiran bahwa
seseorang yang dicintai telah cedera atau terbunuh
o Berulang-ulang berpikir bahwa pintu rumah ditinggalkan
terbuka tanpa terkunci
o Terus menerus khawatir bahwa saluran gas tidak
dimatikan
o Berulang-ulang memikirkan bahwa telah melakukan
sesuatu yang mengerikan kepada orang-orang yang dicintai.
|
o Mengecek dan mengecek kembali pekerjaan secara
berulang-ulang
o Mengecek kembali berulang-ulang saluran gas
sebelum meninggalkan rumah
o Terus menerus mencuci tangan supaya bersih dan
bebas kuman
o Wudhu berulang-ulang supaya benar-benar sah
wudhunya
o Berulang-ulang takbir sampai benar-benar merasa
khusyu’
|
· Gangguan Stres Akut dan Gangguan Stress
pascatrauma
Gangguan stress
akut(acute stres disoder/ ASD) adalah suatu reaksi maladaptif
yang terjadi pada bulan pertama
Sesudah pengalaman
traumatis. Gangguan stres pascatrauma (posttraumatic stres disoder/ PTSD)
adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman
traumatis. ASD adalah faktor resiko mayor untuk PTSD, karena banyak orang
dengan ASD yang mengembangkan PTSD (harvay & Bryan, 1999, 2000; Sharp &
Harvey, 2001).
Ciri-ciri reaksi
sters traumatis ASD dan PTSD
mempunyai banyak ciri dan simtom yang sama (Bryant, 2001). Beberapa ciri
yang sama adalah mengalami kembali peristiwa traumatis; menghindari petunjuk
atau stimulus yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut; mati rasa dalam
responsivitas secara umum atau dalam segi emosional; gangguan fungsi atau
distres emosional yang penting.